Assalamualaikum Wr, Wb
Dalam
era modern yang penuh dengan kemajuan teknologi dan perubahan sosial yang
cepat, seni fotografi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
Dari ponsel cerdas hingga kamera digital yang canggih, kemampuan untuk
mengambil gambar telah tersebar luas di antara masyarakat, membawa fotografi ke
dalam jangkauan semua orang.
Fotografi
bukan lagi sekadar alat untuk merekam momen-momen spesial atau dokumentasi
belaka, tetapi telah berkembang menjadi medium ekspresi seni yang kuat dan
beragam. Dengan kemampuannya untuk menangkap keindahan, emosi, dan cerita dalam
satu frame, fotografi memiliki potensi untuk menyentuh hati dan merangsang
pikiran para penontonnya.
Perjalanan
panjang fotografi sebagai seni telah melahirkan berbagai aliran dan teknik,
dari fotografi dokumenter yang memotret realitas secara mentah hingga fotografi
abstrak yang mengeksplorasi bentuk dan warna secara bebas. Di tengah
keberagaman ini, komposisi, pencahayaan, dan kreativitas visual menjadi kunci
untuk menghasilkan karya-karya yang memikat dan bermakna.
Disini
saya mencoba untuk menilik tentang dunia seni fotografi berdasarkan dari
jurnal-jurnal yang telah saya baca sebelumnya.
JURNAL
I
Pada
jurnal pertama yang saya coba untuk bahas adalah jurnal yang berjudul Komposisi
Dalam Seni Fotografi penulis Yekti Herlina. Dalam jurnal ini, Herlina membahas
peran penting komposisi dalam seni fotografi seperti rule of third, diagonal, diagram
emas dan lain sebagainya danjuga bagaimana penggunaan yang tepat dari
elemen-elemen komposisi dapat meningkatkan kualitas estetika dari sebuah foto.
Penulis menguraikan bahwa komposisi bukan hanya tentang penempatan objek dalam
bingkai foto, tetapi juga melibatkan penggunaan prinsip-prinsip desain visual
seperti garis, bentuk, tekstur, warna, dan ruang untuk menciptakan
keseimbangan, ritme, dan fokus yang mengarah pada pengalaman visual yang kuat
bagi penonton. Dalam jurnal ini juga menjelaskan Fotografi sebagai sarana untuk
merekam suatu peristiwa yang dianggap penting oleh si pemotret. Karena itu
fotografi lebih mementingkan terekamnya peristiwa tersebut daripada keharusan
untuk menerapkan prinsip-prinsip estetika dalam sebuah foto. Ada beberapa
tujuan dalam membuat foto, untuk memenuhi rasa ingin tahu yang sederhana
mengenai apa yang dapat direkam oleh kamera dalam budaya dan kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Selain
itu jurnal ini juga membahas tentang kaitannya fotografi dengan bidang seni dan
desain Salah satu akibat perkembangan fotografi, adalah terjadinya pergeseran
tujuan berkesenian. Pada saat fotografi semakin digemari secara meluas oleh
masyarakat maka terjadi demokratisasi dalam kemampuan memindahkan realita ke
dalam bentuk dua dimensional, yang sebelumnya hanya dimiliki oleh seniman.
Beberapa seniman mulai berpikir untuk memanfaatkan seni (lukis) tidak sekedar
sebagai media untuk memindahkan realita, tetapi sebagai media pengungkap
realita yang dilihat secara kreatif, yang tidak mampu diungkapkan oleh
fotografi Dalam bidang desain penemuan fotografi kemudian berkembang dalam
teknologi cetak. Langkah pengembangan berikut adalah bagaimana mencetak foto
full-color.
Jurnal
ini juga menjelaskan bahwa pemahaman yang baik tentang komposisi dapat membantu
fotografer menghasilkan karya-karya yang lebih menarik dan bermakna. Dengan
memperhatikan aspek-aspek seperti keseimbangan, simetri, kontras, dan proporsi,
seorang fotografer dapat menciptakan harmoni visual yang memikat, serta
mengarahkan perhatian penonton pada subjek utama atau pesan yang ingin
disampaikan.
Selain
itu, dalam jurnal ini menekankan bahwa penggunaan komposisi yang efektif
memungkinkan fotografer untuk mengkomunikasikan cerita atau emosi yang ingin
mereka sampaikan melalui foto. Misalnya, pemilihan sudut pengambilan gambar,
pemilihan latar belakang, dan penggunaan ruang negatif dapat secara signifikan
mempengaruhi interpretasi dan pengalaman penonton terhadap sebuah foto.
Penulis
juga membahas tentang teknik-teknik khusus dalam komposisi fotografi, seperti
aturan ketiga, penggunaan garis dan pola, serta penggunaan kontras warna untuk
menciptakan ketegangan visual. Dia menunjukkan bahwa dengan memahami
prinsip-prinsip ini dan menguasai teknik-teknik tersebut, seorang fotografer
dapat lebih leluasa untuk bereksperimen dan menghasilkan karya-karya yang lebih
kreatif dan berdaya tarik.
Selain
itu, dalam jurnal ini juga menyoroti pentingnya kesadaran akan konteks dan
tujuan dari sebuah foto dalam memilih komposisi yang sesuai. Setiap foto
memiliki pesan atau cerita yang ingin disampaikan, dan komposisi harus dipilih
dengan cermat untuk mendukung pesan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman yang mendalam tentang konteks sosial, budaya, atau artistik dapat
memengaruhi pilihan komposisi seorang fotografer.
JURNAL
II
Pada
jurnal kedua yang berjudul Fotografi Tak Lagi Sekedar Alat Dokumentasi menjelaskan
tentang Fotografi merupakan media seni yang memiliki kelebihan tersendiri
dibanding media seni lainnya. Foto dapat kita gunakan untuk membuat sesuatu
yang tadinya biasa saja menjadi sebuah karya visual yang berbeda dan menarik.
Layaknya cabang seni lainnya, fotografi juga memperhatikan berbagai hal seperti
aspek teknis dan dukungan perlatan, yang juga diperkaya dengan adanya ekspresi,
makna, dan fungsi.
Di
dalam karya seni lainya seperti pada seni lukis dibutuhkan campur tangan dari
media yang bernama fotografi. Pada awalnya fotografi memang ditujukan sebagai
alat bantu untuk mencapai proporsi yang tepat dalam penciptaan seni lukis.
Namun kemudian fotografi hadir menjadi sebuah media tersendiri serta tumbuh
seiring dengan berjalannya waktu yang menunjukkan eksistensinya. Media
fotografi difungsikan sebagai alat bantu dalam dunia seni lukis pada waktu
dulu, namun kini media tersebut telah menjadi sebuah fenomena baru yang hadir
di dalam dunia seni. kemajuan teknologi dalam fotografi, seperti kamera digital
dan perangkat lunak pengolahan gambar, telah memberikan akses yang lebih luas
kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan fotografi. Hal ini telah
mengubah paradigma tradisional bahwa fotografi hanya terbatas pada fotografer
profesional atau amatir yang memiliki peralatan khusus. Sebagai hasilnya,
fotografi menjadi lebih inklusif dan demokratis, memungkinkan lebih banyak
orang untuk mengekspresikan diri mereka melalui medium ini.
Selain
itu, penulis menggarisbawahi bahwa fotografi juga menjadi sarana untuk
mengabadikan momen-momen penting dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dalam
konteks pribadi maupun kolektif. Foto-foto yang diambil oleh individu atau
kelompok dapat menjadi bagian dari narasi yang lebih besar tentang sejarah,
budaya, atau identitas suatu komunitas. Dengan demikian, fotografi memainkan
peran penting dalam memperkuat ikatan sosial dan membangun kesadaran akan
warisan budaya.
Lebih
lanjut, penulis menyoroti bahwa fotografi juga memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi opini publik dan memicu perubahan sosial. Melalui gambar-gambar
yang kuat dan penuh makna, fotografi dapat menggugah emosi, menyampaikan pesan
politik, atau memperjuangkan hak asasi manusia. Contohnya, foto-foto
jurnalistik tentang konflik atau ketidakadilan sosial sering kali menjadi alat
untuk menggerakkan opini publik dan memicu aksi kolektif. Sebuah karya foto
dapat dikatakan sebagai karya seni jika di dalamnya tidak hanya sekadar
menampilkan gambar saja, namun juga harus dilandasi dengan gagasan/ pikiran
terhadap gejala yang ditangkap oleh seorang fotografer ke dalam bentuk yang
artistik.
JURNAL
III
Jurnal ketiga ini berjudul Fotografi
adalah Seni: Sanggahan terhadap Analisis Roger Scruton Mengenai Keabsahan Nilai
Seni dari Sebuah Foto karya Andreas Arie Susanto. Penulis secara teliti
menyajikan pembahasan yang mendalam dan argumentatif yang menantang terhadap
pandangan Scruton, dengan menyoroti kompleksitas fotografi sebagai bentuk seni
yang sah dan berharga.
Dalam
analisisnya, Susanto menunjukkan bahwa Scruton cenderung membatasi nilai
estetika dalam fotografi pada parameter-subyektifitas atau ketiadaan kehadiran
seniman sebagai pencipta langsung karya seni. Namun, penulis menyatakan bahwa
pendekatan Scruton tidak memadai untuk memahami nilai dan kompleksitas seni
fotografi. Dalam konteks ini, Susanto menekankan pentingnya memahami bahwa
fotografi bukan sekadar rekaman visual, tetapi merupakan medium ekspresi yang
dapat menyampaikan gagasan, emosi, dan pengalaman manusia dengan kekuatan yang
unik.
Penulis
menguraikan bahwa nilai estetika sebuah foto tidak hanya terletak pada subjek
yang difoto atau teknik yang digunakan, tetapi juga pada konteks, interpretasi,
dan pengalaman individu yang mengamati foto tersebut. Fotografi memiliki
kemampuan untuk mengekspresikan keindahan dalam berbagai bentuknya, termasuk
keindahan yang terletak dalam keberagaman, kompleksitas, atau bahkan
ketidaksempurnaan subjeknya. Dalam hal ini, foto dapat memiliki nilai estetika
yang sama dengan karya seni lainnya.
Lebih
lanjut, penulis menyoroti bahwa fotografi memiliki potensi untuk merangsang
refleksi dan empati pada penontonnya, terutama melalui kekuatan naratifnya.
Foto-foto yang kuat dapat membangkitkan pemikiran mendalam dan respon emosional
yang mendalam, yang pada gilirannya memperkaya pengalaman estetika individu.
Oleh karena itu, menurut Susanto, fotografi tidak boleh dianggap sebagai bentuk
seni yang sekunder atau kurang berharga dibandingkan dengan karya seni lainnya.
Selain
itu, penulis juga menegaskan bahwa keaslian dan nilai estetika dalam fotografi
dapat diakui tanpa kehadiran langsung seniman dalam proses pembuatan foto.
Meskipun fotografi sering kali melibatkan teknologi dan proses yang terkadang
otomatis, hal itu tidak mengurangi nilai artistiknya. Fotografi tetap merupakan
medium yang mampu menciptakan karya-karya berharga dan bermakna, yang dapat
memberikan kontribusi yang berarti dalam konteks seni dan budaya.
KESIMPULAN
Kesimpulan utama dari jurnal pertama menyoroti
pentingnya komposisi dalam menciptakan karya-karya fotografi yang menarik dan
bermakna. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip desain visual dan teknik-teknik
komposisi yang tepat, seorang fotografer dapat menciptakan karya-karya yang
memiliki daya tarik visual yang kuat serta mampu menyampaikan pesan dengan
lebih efektif kepada penonton.
Jurnal kedua menekankan bahwa fotografi telah
berkembang dari sekadar alat dokumentasi menjadi medium ekspresi yang lebih
luas dan inklusif. Dalam era digital dan media sosial, fotografi menjadi lebih
mudah diakses dan diperdagangkan oleh banyak orang, sehingga menciptakan sebuah
komunitas yang dinamis di sekitar seni ini.
Sementara itu, jurnal ketiga menyoroti pentingnya
melampaui pandangan konvensional tentang seni fotografi, yang seringkali
dibatasi oleh parameter-subyektifitas atau kehadiran langsung seniman sebagai
pencipta. Fotografi memiliki kemampuan untuk mengekspresikan keindahan dalam
berbagai bentuknya, baik itu melalui kekuatan naratif, penggunaan komposisi
yang efektif, maupun melalui keterlibatan emosional dan interpretasi individu.
Dengan demikian, kesimpulan akhir dari ketiga
jurnal tersebut menggarisbawahi bahwa seni fotografi bukanlah sekadar tentang
teknik atau keindahan visual semata, tetapi juga tentang kreativitas,
interpretasi, dan pengalaman. Melalui pemahaman yang mendalam tentang
kompleksitas seni fotografi, diharapkan kita dapat menghargai keunikan dan
kekuatannya dalam merangsang imajinasi, emosi, dan refleksi dalam budaya
kontemporer.
Mohon maaf apabila ada salah dan keliruan dalam
penulisan ini, Terima kasih
Wassalamualaikum Wr, Wb
DAFTAR PUSTAKA
Yekti Herlina (2007). Komposisi Dalam Fotografi. Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana
Andreas Arie Susanto (2017). Fotografi
adalah Seni: Sanggahan terhadap Analisis Roger Scruton Mengenai Keabsahan Nilai
Seni dari Sebuah Fotorafi. Jurnal Urban Soecity’s Art
Arif Ardy Wibowo (2015). Fotografi Tak Lagi
Alat Dokumentasi. Jurnal UNNES
Komentar
Posting Komentar